MATERIALISME, DIALEKTIKA DAN LOGIKA

07.59

Cara berpikir suatu bangsa akan menentukan nasib suatu bangsa ke depan, corak berpikir masyarakat Indonesia masih menganut logika mistika, logika yang didasarkan pada sim sala bim, corak berpikir yang masih mendasarkan pada kekuatan ghaib. Logika ini membuat manusia Indonesia bersifat fatalis dan bersifat “menunggu” kepada kekuatan yang maha besar dan dahsyat di luar dirinya.
Cara berpikir manusia Indonesia mestilah diperbaiki dan dididik dengan cara berpikir baru, yakni materialisme, dialektika dan logika, mendidik rakyat Indonesia dengan cara berpikir rasional menggantikan cara berpikir yang didasarkan pada mitos. Masyarakat Indonesia sadar dan bangkit melakukan perlawanan terhadap penindasan dan penjajahan. Bukan hanya pasrah dan bersikap fatalis terhadap apa yang sedang dan akan terjadi. Singkatnya, manusia Indonesia kekurangan pandangan hidup (weltanschauung), kekurangan filsafat. materalisme disini adalah paham yang menjelaskan bahwa sesuatu yang kongkret haruslah dijelaskan secara kongkret pula.
Sesuatu yang nyata adanya, mesti dijelaskan dengan secara rasional. Misalnya, peristiwa banjir mesti dijelaskan bahwa peristiwa tersebut terjadi bukan karena “kutukan” Tuhan, melainkan adanya tangan-tangan jahil manusia yang melakukan pembalakan hutan, penebangan liar, dan sebagainya.materalisme disini adalah segala sesuatu yang merupakan cerminan kesadaran manusia (realistis dan merupakan implementasi dari segala apa yang ada dalam kesadaran manusia). Yakni segala sesuatu yang dekat dan mempengaruhi manusia secara langsung.kepercayaan dan agama dapat dijadikan spirit dalam membangkitkan semangat perlawanan terhadap kolonialisme apa pun. Sedangkan dialektika, berasal dari bahasa Yunani berarti mengadakan diskusi, yakni proses mencari kebenaran melalui proses bertanya dan menjawab. Dialektika bukanlah sesuatu istilah baru, melainkan sejak dulu telah diperkenalkan oleh Aristoteles, Heraclitos, Democritos dan mencapai “puncaknya” pada Goerge Wilhelm Friedrich Hegel. Metode dialektika ini digunakan sebagai metode filsafat di tangan Hegel. Sedangkan Logika mempunyai hukum triloginya, ialah induksi, deduksi dan verifikasi. Induksi ialah penarikan kesimpulan yang bertitik tolak dari data-data kongkret menuju pada kesimpulan umum. Dengan metode induktif, kita diajar agar supaya jauh dari sifat menggenalisir suatu permasalahan dan sebelum mengambil suatu kesimpulan, terlebih dahulu terdapat bukti-bukti yang kuat. Dan deduksi adalah cara penarikan kesimpulan dari penyataan umum ke pernyataan khusus. Dengan berpikir deduktif, maka suatu kesimpulan yang akan didapatkan lebih dapat dipercaya, karena pernyataan-pernyataan umum itu akan lebih diteliti sehingga menghasilkan pernyataan-pernyataan yang lebih pasti, jelas dan terang. Sedangkan Verifikasi adalah meminjam istilah Tan Malaka yakni “pemastian baru”. Dengan adanya verifikasi berarti proses “pencarian” kesimpulan terakhir perlu dibuktikan terlebih dahulu atau dilakukan eksperimen untuk mengujinya kembali. Dengan verifikasi, kita diajar bahwa dalam mengambil suatu kesimpulan akhir sangatlah perlu adanya analisa tanpa sedikitpun mengubah bahkan mengurangi semangatnya. Eko P. Darmawan dalam buku Agama itu bukan Candu: Tesis-tesis Feurbach, Marx dan Tan Malaka menguraikan bahwa Tan Malaka mengajak kita untuk memahami sejarah peradaban, sejarah tumbuh dan runtuhnya sebuah bangsa dan negara sebagai gerbang menuju pembentukan moralitas, pembentukan kemuliaan karakter manusia dalam kehidupan bersama. Kita belajar tentang karakter macam apa yang membuat sebuah bangsa jaya dan karakter macam apa yang membuat sebuah bangsa terjajah dan akhirnya runtuh.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.